Hukum I Mendel yang disebut juga hukum segregasi adalah mengenai kaidah
pemisahan alel pada waktu pembentukan gamet. Hukum segregasi atau pemisahan
alel-alel secara bebas, dari diploid menjadi haploid. Persilangan pada kacang
kapri berbunga putih maka menurut penelitian yang dilakukan oleh Mendel,
generasi anakan dari kacang tersebut 100% tanaman berbunga ungu. Namun bila
sesama keturunan tersebut dikawinkan maka diperoleh 75% keturunan berbunga ungu
dan 25% berbunga putih. Hukum Mendel II menambahkan keterbatasan pada hukum
pertamanya. Hukum II Mendel menyatakan adanya hukum penggabungan bebas mengenai
peggabungan bebas mengenai penggabungan bebas pada perkawinan dihibrid (Gardner
et al, 1998).
Epistasis dominan yaitu kerja dati
suatu gen menutupi kerja gen lainnya. Contohnya gen P yang menentukan warna
labu kuning. Gen P akan menutupi kerja gen K jika kedua gen tersebut berremu
dan menghasilkan F1 labu hijau (ppkk) dengan putih (PpKk) menghasilkan labu
putih heterozigot (Ppkk). Hasil
perkawinan keturunan-keturunan menghasilkan F2 berwarna putih12 individu,
kuning 3 individu dan hijau 1 individu (Dwijosoepomo, 1981).
Selain epistasis dominan ada juga epistasis resesif
yang merupakan peristiwa dua gen resesif yang berbeda yang mempengaruhi satu
fenotip. Salah satu gen yang muncul dalam bentuk homozigot resesif akan
menutupi sifat dominan yang lain. Apabila gen resesif dari suatu
pasangan gen, katakanlah gen I, epistatis terhadap pasangan gen lain,
katakanlah gen II, yang bukan alelnya, sementara gen resesif dari pasangan gen
II ini juga epistatis terhadap pasangan gen I, maka epistasis yang terjadi
dinamakan epistasis resesif ganda.
Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 9 : 7 pada generasi F2.
Sebagai contoh peristiwa epistasis resesif ganda dapat dikemukakan pewarisan
kandungan HCN pada tanaman Trifolium
repens. Terbentuknya HCN pada tanaman ini dapat dilukiskan secara skema
sebagai berikut.
gen L gen H
ê
ê
Bahan dasar enzim L glukosida sianogenik enzim H HCN
Gen L menyebabkan terbentuknya enzim L yang
mengatalisis perubahan bahan dasar menjadi bahan antara berupa glukosida
sianogenik. Alelnya, l, menghalangi pembentukan enzim L. Gen H menyebabkan
terbentuknya enzim H yang mengatalisis perubahan glukosida sianogenik menjadi
HCN, sedangkan gen h menghalangi pembentukan enzim H. Dengan demikian, l
epistatis terhadap H dan h, sementara h epistatis terhadap L dan l. Persilangan dua tanaman dengan kandungan HCN
sama-sama rendah tetapi genotipenya berbeda (LLhh dengan llHH) dapat
digambarkan sebagai berikut (Gardner et al, 1998).
P
: LLhh x llHH
HCN rendah HCN rendah
ê
F1
: LlHh
HCN tinggi
F2
: 9
L-H- HCN tinggi
3 L-hh HCN rendah HCN tinggi : HCN rendah =
3 llH- HCN rendah 9
: 7
1 llhh HCN rendah
Gambar 2.8. Diagram
persilangan epistasis resesif ganda
Test
Cross atau uji silang adalah perkawinan antara individu F1 dihibrid dengan
individu yang double resesif. Uji silang yang dilakukan individu monohibrid
menghasilkan keturunan yang memperlihatkan perbandingan 1:1. Biasanya uji
silang ini dilakukan untuk menguji ketidakmurnan suatu individu (Suryo, 2004).
Antirrhinum majus adalah anggota dari golongan bunga asterik yang memiliki
bunga yang cukup indah dan menarik. Spesies ini memiliki hubungan kekerabatan
yang cukup dekat dengan ordo Solanales. Hal ini dapat terlihat dengan jelas
dari bentuk mahkota Antirrhinum majus yang berbentuk terompet seperti halnya mahkota bunga yang ditemui pada
bunga dari golongan Solanes. Namun menurut peneliatian terbaru yang tertulis
dalam pernyataan Olmstead et al (2001) Antirrhinum majus digolongkan ke dalam famili
Plantaginaceae yang didasarkan oleh
urutan variasi DNA-nya.
0 comments:
Post a Comment