Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger

Friday, June 7, 2013

ANALISIS GENETIK WARNA BUNGA

   
Hukum I Mendel yang disebut juga hukum segregasi adalah mengenai kaidah pemisahan alel pada waktu pembentukan gamet. Hukum segregasi atau pemisahan alel-alel secara bebas, dari diploid menjadi haploid. Persilangan pada kacang kapri berbunga putih maka menurut penelitian yang dilakukan oleh Mendel, generasi anakan dari kacang tersebut 100% tanaman berbunga ungu. Namun bila sesama keturunan tersebut dikawinkan maka diperoleh 75% keturunan berbunga ungu dan 25% berbunga putih. Hukum Mendel II menambahkan keterbatasan pada hukum pertamanya. Hukum II Mendel menyatakan adanya hukum penggabungan bebas mengenai peggabungan bebas mengenai penggabungan bebas pada perkawinan dihibrid (Gardner et al, 1998).
            Epistasis dominan yaitu kerja dati suatu gen menutupi kerja gen lainnya. Contohnya gen P yang menentukan warna labu kuning. Gen P akan menutupi kerja gen K jika kedua gen tersebut berremu dan menghasilkan F1 labu hijau (ppkk) dengan putih (PpKk) menghasilkan labu putih heterozigot  (Ppkk). Hasil perkawinan keturunan-keturunan menghasilkan F2 berwarna putih12 individu, kuning 3 individu dan hijau 1 individu (Dwijosoepomo, 1981).


Selain epistasis dominan ada juga epistasis resesif yang merupakan peristiwa dua gen resesif yang berbeda yang mempengaruhi satu fenotip. Salah satu gen yang muncul dalam bentuk homozigot resesif akan menutupi sifat dominan yang lain. Apabila gen resesif dari suatu pasangan gen, katakanlah gen I, epistatis terhadap pasangan gen lain, katakanlah gen II, yang bukan alelnya, sementara gen resesif dari pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen I, maka epistasis yang terjadi dinamakan epistasis resesif ganda.  Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 9 : 7 pada generasi F2. Sebagai contoh peristiwa epistasis resesif ganda dapat dikemukakan pewarisan kandungan HCN pada tanaman Trifolium repens. Terbentuknya HCN pada tanaman ini dapat dilukiskan secara skema sebagai berikut.
                                              gen L                                                   gen H
                                                ê                                                         ê
                Bahan dasar       enzim L       glukosida sianogenik      enzim H       HCN
                                 
Gen L menyebabkan terbentuknya enzim L yang mengatalisis perubahan bahan dasar menjadi bahan antara berupa glukosida sianogenik. Alelnya, l, menghalangi pembentukan enzim L. Gen H menyebabkan terbentuknya enzim H yang mengatalisis perubahan glukosida sianogenik menjadi HCN, sedangkan gen h menghalangi pembentukan enzim H. Dengan demikian, l epistatis terhadap H dan h, sementara h epistatis terhadap L dan l.  Persilangan dua tanaman dengan kandungan HCN sama-sama rendah tetapi genotipenya berbeda (LLhh dengan llHH) dapat digambarkan sebagai berikut (Gardner et al, 1998).
                                         P :          LLhh          x         llHH
                                                 HCN rendah           HCN rendah
                                                                         ê             
                                          F1 :                      LlHh
                                                                HCN tinggi
                                          F2 :   9  L-H-    HCN tinggi
                                                   3  L-hh    HCN rendah        HCN tinggi : HCN rendah =
                                                   3  llH-     HCN rendah                    9       :        7
                                                   1  llhh      HCN rendah      
                        
Gambar 2.8. Diagram persilangan epistasis resesif ganda
     
            Test Cross atau uji silang adalah perkawinan antara individu F1 dihibrid dengan individu yang double resesif. Uji silang yang dilakukan individu monohibrid menghasilkan keturunan yang memperlihatkan perbandingan 1:1. Biasanya uji silang ini dilakukan untuk menguji ketidakmurnan suatu individu (Suryo, 2004).  

Antirrhinum majus adalah anggota dari golongan bunga asterik yang memiliki bunga yang cukup indah dan menarik. Spesies ini memiliki hubungan kekerabatan yang cukup dekat dengan ordo Solanales. Hal ini dapat terlihat dengan jelas dari bentuk mahkota Antirrhinum majus yang berbentuk terompet seperti halnya mahkota bunga yang ditemui pada bunga dari golongan Solanes. Namun menurut peneliatian terbaru yang tertulis dalam pernyataan Olmstead et al (2001) Antirrhinum majus digolongkan ke dalam famili Plantaginaceae yang didasarkan oleh  urutan variasi DNA-nya. 

0 comments: