Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger

Sunday, April 12, 2009

Plastik

Bagaimana nasib sebuah botol soda plastik yang dibuang dan tidak didaur ulang? Ia diremukkan dan dicabik-cabik sampai ia mungkin berhasil menuju lautan. Setelah hancur menjadi partikel-partikel kecil, ia lalu berakhir dalam tubuh makhluk hidup, dan ini merupakan hal yang berbahaya bagi lingkungan kita. Ada yang tidak benar dalam hal ini. Hanswerner Mackwitz, direktur Institut Riset Alchemia-Nova untuk Fito Kimia Inovatif di Vienna, Austria, menguraikannya seperti ini: “Bila saya membuat sebuah produk plastik yang memiliki waktu paruh 450 tahun, tetapi menggunakannya hanya untuk beberapa minggu atau hari saja, maka ini merupakan suatu masalah.”

Sebuah kantong belanja yang terbuat dari tepung tanaman. Kantong jenis ini digunakan di banyak pasar swalayan di seluruh Eropa. Kantong ini higienis, tidak berbau, praktis, dan dapat terurai seperti kompos.

Teknologi baru dan produk jadi sekarang dapat mengatasi dilema ini dengan bioplastik. Bahan mentah untuk bioplastik adalah tepung dan minyak yang bersumber dari tanaman seperti jagung dan gula bit. Saat ini, kami mampu membuat rantai molekul berbahan dasar tanaman yang sama dengan rantai molekul bahan sepadan yang berasal dari minyak bumi. Di bawah kondisi tertentu, kebanyakan bahan baku bioplastik dapat membusuk dalam waktu 8 sampai 12 minggu.


Kenyataan bahwa kita dengan cepat mendekati puncak minyak dunia 3, (titik di mana planet mencapai produksi minyak maksimum dan setelah itu tingkat produksi minyak di Bumi akan menurun sampai titik habis) dan dengan demikian maka minyak bumi yang mahal sebagai bahan dasar plastik dapat digantikan posisinya dengan generasi plastik yang baru ini. Plastik PLA (polylactic acid) dapat menggantikan keberhasilan plastik PET (polyethylenterephthalat), walaupun saat ini harganya 20% lebih mahal.

Pasar untuk plastik tumbuh 5% per tahun. Setiap tahun, lebih dari 200 juta ton plastik diproduksi di seluruh dunia. Di Jerman, 14 juta ton kemasan dari berbagai macam jenis diproduksi setiap tahun; dan plastik menyumbang 40% dari 1,8 juta ton bahan yang berfungsi sebagai kantong atau wadah yang dapat dibuang. Potensi pasar untuk bioplastik di Eropa mencapai 6 juta ton untuk jenis kemasan yang dapat dibuang , tetapi pangsa pasar untuk seluruh konsumsi plastik masih kurang dari 1%. European Bioplastics yang mewakili industri bioplastik di Eropa menyatakan bahwa pasar telah meledak di tahun 2006. Seiring dengan diperkenalkannya biokemasan ke seluruh mata rantai pasar swalayan di seluruh Eropa, maka pabrik-pabrik memperkirakan pertumbuhan penggunaan bioplastik akan mencapai 100% di tahun 2007 bila dibandingkan dengan tahun 2006.

Kemasan bioplastik sudah tersedia di pasar-pasar swalayan di Inggris, Belanda, Italia, dan Austria. Plastik seperti ini menyodorkan tingkat permeabilitas penguapan oksigen dan air yang lebih tinggi daripada plastik tradisional sehingga dapat menjaga kesegaran buah dan sayuran tiga hari lebih lama. Inggris memainkan peranan utama dalam menemukan penerapan praktis untuk bioplastik. Di negara tersebut, selada dan sayuran organik telah dijual dalam wadah plastik yang dibuat dari bahan yang dapat didaur ulang setelah adanya skandal BSE. Semboyannya adalah “Bahan organik dikemas dengan kemasan organik.”

Proyek di Austria Bagian Atas yang dikenal dengan Loop Linz telah beroperasi sejak Tahun Emas 2 (2005). Tujuannya adalah untuk menyediakan kemasan yang dapat bertahan lama kepada pasar dan proyek ini didukung oleh pemerintah daerah serta organisasi lainnya. Loop Linz diprakarsai oleh Institut Riset untuk Inovasi Fitokimia yang disebutkan di atas dan telah menunjukkan bahwa teknologi ini sangat praktis digunakan. Berbagai macam barang di pasar swalayan dijual dalam kemasan bioplastik baru yang terbuat dari tepung tanaman. Produksi jenis kemasan baru ini mereduksi gas buangan CO2 sebesar 50%.

Perusahaan Pro-tech 7 telah meluncurkan peralatan makan yang mudah terurai secara alami yang terbuat dari bahan-bahan yang dapat diperbarui. Para tukang kebun juga dapat membeli kain penutup, yang 100% dapat terurai secara alami, yang berfungsi sebagai jerami dan tersedia baik di toko-toko khusus atau online.

Untuk memperoleh gambaran tentang perkembangannya di masa depan, kita dapat meninjau ke Hanswerner Mackwitz dari Institut Riset untuk Inovasi Fitokimia di Vienna: “Kami berharap agar sistem tanam polikultur berhasil. Dengan mengelola tanaman, tanah, serta organisme yang menguntungkan, maka panennya diharapkan akan semakin melimpah.” Sebagai contoh, di Austria, kami punya banyak biji buah-buahan, tetapi yang digunakan hanya daging buahnya saja, sedangkan bijinya tidak. Hal itu akan berubah. Sebagai contoh, lapisan luar biji yang keras dapat diubah menjadi ampelas yang dapat digunakan untuk memoles logam. Bagian dalam biji yang lunak dapat diubah menjadi minyak berkualitas tinggi atau kosmetik. Ini merupakan “harta karun” yang sampai sekarang dibuang begitu saja. Jadi, kita harus meneliti suatu tanaman sebagai suatu kesatuan. Bagaimana kita bisa memperoleh kegunaan maksimal dari tanaman? Sebagai contoh, sampai sekarang kita hanya menggunakan biji tanaman bunga matahari, atau kayu dan buah dari pohon buah. Tetapi, kandungan apa yang ada dalam kumpulan bunga, buah, biji, akar, batang, dan daunnya? Pengetahuan mengenai biologi tanaman akan mendorong penemuan material yang baru. Tujuannya adalah untuk menghasilkan solusi di daerah tertentu serta memberi pengaruh yang berkelanjutan.”

Kita berada di awal Zaman Keemasan dan sekaranglah waktunya untuk menyelaraskan diri dengan Bunda Alam, khususnya ditinjau dari sudut sumber daya kita. Teknologi sudah ada dan sedang menanti untuk digunakan oleh manusia secara bijaksana dan bertanggung jawab. Kita memiliki kewajiban terhadap planet ini, dan terhadap masa depan anak-anak kita

0 comments: