Keanekaragaman hayati merujuk pada keanekaragaman dan variabilitas diantara organisme hidup dan kompleks ekologinya dimana mereka terdapat. Dengan demikian termasuk juga di dalamnya keberagaman diantara ekosistem, diantara spesies dan di dalam spesies itu sendiri. Secara sederhana keanekaragaman hayati meliputi keanekaragaman genetik, jenis dan ekosistemnya, dimana unit dari keanekaragaman hayati adalah jenis. Keanekaragaman hayati ini berada di daratan, lautan maupun ekosistem perairan lainnya; dimana pusat keanekaragaman hayati daratan terdapat di dalam hutan hujan tropika.
Luas hutan hujan tropika di dunia hanya meliputi 7 % dari luas permukaan bumi, tetapi mengandung lebih dari 50 % total jenis yang ada di seluruh dunia. Pada saat ini, luas kawasan hutan Indonesia adalah 144 juta hektar, 64.4 juta hektar di antaranya berstatus hutan produksi (tetap dan terbatas). Meskipun luas Indonesia hanya 1,3 % dari luas bumi, tetapi memiliki ragam-hayati yang tinggi meliputi 10 % dari total jenis tumbuhan berbunga, 12 % dari total jenis mamalia, 16 % dari total jenis reptilia, 17 % dari total jenis burung dan 25 % dari total jenis ikan di seluruh dunia.
Ancaman terbesar terhadap biodiversitas saat ini adalah termasuk di dalamnya perusakan habitat, introduksi spesies eksotik dan eksploitasi yang berlebihan. Saat ini tengah terjadi kehilangan biodiversitas pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Selama lebih dari dua dekade ini terdapat konsensus diantara para ilmuwan bahwa telah terjadi kehilangan biodiversitas yang sangat cepat dalam sejarah manusia sejak kepunahan spesies dinosaurus di muka bumi 65 juta tahun yang lalu.
Sebagai respons dari hal ini masyarakat internasional mengambil langkah-langkah untuk mengatasi krisis ini, maka pada bulan Juni 1992 diselenggarakanlah konferensi bumi di Rio de Janeiro. Sebanyak 150 negara menandatangani sebuah konvensi yang kemudian dikenal sebagai konvensi keanekaragaman hayati atau Convention on Biological Diversity (hingga saat ini 175 negara di dunia telah meratifikasinya).
Konvensi ini bertujuan untuk :
Mengkonservasi keanekaragaman hayati di dunia
Mempromosikan kegunaan yang berkelanjutan dari komponen-komponen keanekaragaman hayati
Mengakomodasikan adanya pembagian keuntungan yang adil dari penggunaan keanekaragaman hayati, dan menyediakan penilaian sumber daya genetik serta transfer teknologi.
Salah satu bentuk usaha dari strategi konservasi menurut Jackson dan Sutherland (2000) adalah dengan melakukan konservasi ex-situ. Konservasi Ex-Situ merupakan konservasi komponen keanekaragaman hayati diluar habitat alaminya. Konservasi Ex-situ bertujuan untuk menyelamatkan sumber daya genetik terancam, memproduksi material untuk reintroduksi, restorasi habitat dan manajemen, penelitian, serta mengurangi tekanan pada pengambilan liar. Kebun Raya adalah salah satu wujud nyata dari suatu kegiatan konservasi ex-situ tumbuhan.
Pada tahun 1985 IUCN dan WWF mengadakan konvensi mengenai “Kebun Raya dan Strategi Konservasi Dunia” dengan tujuan utama menggali berbagai peran yang dimainkan oleh kebun raya dunia dalam konservasi tumbuhan. Menyusul konferensi di tahun 1985 yang diadakan di Las Palmas de Gran Canaria, Spanyol tersebut maka dibentuklah IUCN-Botanic Garden Conservation Secretariat (IUCN-BGCS) yang kemudian pada tahun 1989 diterbitkanlah suatu “Strategi Konservasi Kebun Raya Dunia” yang bertujuan untuk :
Menekankan pentingnya melibatkan kebun raya sebagai elemen penting dalam konservasi sumber daya hayati untuk pembangunan yang berkesinambungan.
Mengidentifikasi prioritas tugas yang diperlukan oleh kebun raya untuk mengembil peran dalam mewujudkan strategi konservasi dunia.
Mengusulkan cara-cara yang efektif dimana seluruh kebun raya dunia dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan tersebut.
Menyediakan seperangkat prinsip dan aturan yang koheren yang akan berkaitan dengan wewenang yang diberikan kepada kebun raya dalam merencanakan bagaimana peran mereka bersama institusi lain, dalam mencapai jumlah maksimal konservasi jenis dan populasi tumbuhan jangka panjang serta memfokuskan perhatian masyarakat terhadap isu-isu konservasi melalui program pendidikan serta display yang sesuai.
Sedikitnya terdapat 1.800 kebun raya dan arboretum di 148 negara di dunia yang memiliki lebih dari empat juta nomor akses koleksi hidup. Koleksi-koleksi ini memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi seperti pada grup anggrek, kaktus, palem, konifer, pohon-pohon temperate dan perdu serta jenis-jenis liar dan alami terutama yang termasuk kategori terancam dan juga 10.000 kultivar yang berguna untuk obat-obatan dan buah-buahan.
Saat ini hanya ada beberapa negara yang memiliki sedikitnya satu kebun raya. Kebun raya-kebun raya baru banyak bermunculan di seluruh dunia dengan bantuan kebun raya yang lebih dulu well established untuk membangun kapasitas kebun raya baru dalam hal konservasi dan pendidikan yang sangat penting untuk membantu pengelolaan keanekaragaman tumbuhan yang ada.
Monday, May 4, 2009
Keanekaragaman Hayati Indonesia
Subscribe to:
Post Comments
(Atom)
0 comments:
Post a Comment